Kata
orang…
Cinta
itu ibarat sebuah rumah. Tempat kita pulang, tempat kita tinggal. Rumah yang
tak harus megah bak istana yang berkilauan. Melainkan rumah yang dapat membuat
nyaman dan tenang jika menghuninya. Rumah yang memberikan kedamaian lahir
bathin. Membuat hati damai bila berada di dalamnya.Untuk menghasilkan rumah
idaman tadi kita perlu merencanakan bagaimana pembangunannya. Begitu juga
cinta.
Cinta
tak akan pernah hadir begitu saja, melainkan adanya sebuah keinginan untuk
membangunnya.Cinta pernah membangun sebuah hubungan yang menurutnya itu adalah
pilihan yang tepat. Dimana cinta memulai dari nol untuk membangun sebuah rumah
idaman sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya.
Diawali
dengan sebuah pertemuan yang biasa dan pada akhirnya menjadi sebuah momen untuk
memulai menumbuhkan cinta dan mencoba membangun rumah. Pertemuan yang tidak
pernah ku sesali. Karena dengan sebuah pertemuan itu lah aku bisa belajar suatu
hal yang dapat mendewasakan ku. Membuatku mengerti arti sebuah kesabaran, arti
tiap butiran air mata, indahnya senyuman. Serta makna sebuah kehilangan yang
membawa perubahan pada diri ini.
Kehilangan
sebuah cinta, kehancuran pondasi rumah yang telah lama aku bangun dengan
sepenuh hati. Dari tak adanya cinta aku berusaha menumbuhkan nya, hingga bisa
mendirikan sebuah pondasi. Rumah pasti memerlukan sebuah pondasi yang kokoh
serta kuat. Itulah yang ku lakukan, ku usahakan
Ketika
cinta telah memilih untuk singgah di hati seseorang yang dirasa tepat untuk di
singgahi. Terlalu cepat untuk memilih.. iya mungkin..
Dengan
keras hati membangun sebuah rumah yang dimulai dari pondasinya, dengan
menebalkan telinga dari masukan-masukan dari luar yang seringkali menjatuhkan
semngat untuk membangun sebuah rumah. Namun aku tetap percaya dengan hati, dengan
pilihan hati akan sebuah cinta yang di rasa akan membawa kenyamanan, ketenangan,
dan kedamaian saat menghuninya nanti.
Aku
memilih bahan pondasi sendiri, mengingat dan menimbang baik dan buruk setiap
bahan. Memilih dengan teliti , menurutku. Ku buat pondasi dari bahan-bahan yang
kuanggap berkualitas. Ku bangun hingga berdirilah sebuah pondasi kokoh,
menurutku. Tak ada yang bisa menentang, menjatuhkan dan merobohkan, menurutku.
Namun
itu hanya pemikiran ku, iyaa. Tak ada yang merobohkannya. Karena ku jaga
sepenuh hati. Tapi siapa sangka, pondasi itu lah yang roboh sendiri. Pondasi yang
ku anggap kuat malah hancur dengan sendirinya. Apa bahan yang ku pilih terlalu
rapuh? Tapi mnurutku tidak. Bukan bahannya nya yang rapuh. Namun tempat atau
tanah yang menopang pondasi itulah yang
ambruk. Bukan karena tak kuat menopang rumah yang akan ku buat. Melainkan tak
ingin…
Salah
siapa?
Semua
itu salah ku, salah hati ini kenapa terlalu cepat untuk memilih lokasi untuk
mendirikan sebuah rumah. Kini aku sadar untuk mendirikan sebuah rumah perlu
adanya pemeriksaan terhadap tanah yang akan menopangnya. Mengetahui jenis
tanah, partikel-partikel penyusunnya.
Mungkin
aku pernah menjalin sebuah cinta namun tak saling mengenal. Tak pernah saling
mengenal satu sama lain. Itulah yang ku rasakan.Namun lewat pertemuan kurang
lebih 30 bulan itu membuat aku mengerti apa itu cinta.,
Cinta
itu saat kita saling mengenal karakter satu sama lain dan menerima kelebihan
dan kekurangan dari karakter tersebut, itu menurutku.
Dari
pertemuan dengan mu lah aku sadar arti dari cinta dan arti dari rumah tadi. Tak
pernah ada yang salah dari pertemuan singkat kita. Karena dari sana aku
mengalami perubahan. Berubah untuk menjadi wanita yang lebih tegar, lebih baik
untuk orang yang mengenalku nanti, itu menurutku… semoga saja~~
Hmmm……
No comments:
Post a Comment