Monday, June 22, 2015

itu menurutku



Kata orang…
Cinta itu ibarat sebuah rumah. Tempat kita pulang, tempat kita tinggal. Rumah yang tak harus megah bak istana yang berkilauan. Melainkan rumah yang dapat membuat nyaman dan tenang jika menghuninya. Rumah yang memberikan kedamaian lahir bathin. Membuat hati damai bila berada di dalamnya.Untuk menghasilkan rumah idaman tadi kita perlu merencanakan bagaimana pembangunannya. Begitu juga cinta.
Cinta tak akan pernah hadir begitu saja, melainkan adanya sebuah keinginan untuk membangunnya.Cinta pernah membangun sebuah hubungan yang menurutnya itu adalah pilihan yang tepat. Dimana cinta memulai dari nol untuk membangun sebuah rumah idaman sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya.
Diawali dengan sebuah pertemuan yang biasa dan pada akhirnya menjadi sebuah momen untuk memulai menumbuhkan cinta dan mencoba membangun rumah. Pertemuan yang tidak pernah ku sesali. Karena dengan sebuah pertemuan itu lah aku bisa belajar suatu hal yang dapat mendewasakan ku. Membuatku mengerti arti sebuah kesabaran, arti tiap butiran air mata, indahnya senyuman. Serta makna sebuah kehilangan yang membawa perubahan pada diri ini.
Kehilangan sebuah cinta, kehancuran pondasi rumah yang telah lama aku bangun dengan sepenuh hati. Dari tak adanya cinta aku berusaha menumbuhkan nya, hingga bisa mendirikan sebuah pondasi. Rumah pasti memerlukan sebuah pondasi yang kokoh serta kuat. Itulah yang ku lakukan, ku usahakan
Ketika cinta telah memilih untuk singgah di hati seseorang yang dirasa tepat untuk di singgahi. Terlalu cepat untuk memilih.. iya mungkin..
Dengan keras hati membangun sebuah rumah yang dimulai dari pondasinya, dengan menebalkan telinga dari masukan-masukan dari luar yang seringkali menjatuhkan semngat untuk membangun sebuah rumah. Namun aku tetap percaya dengan hati, dengan pilihan hati akan sebuah cinta yang di rasa akan membawa kenyamanan, ketenangan, dan kedamaian saat menghuninya nanti.
Aku memilih bahan pondasi sendiri, mengingat dan menimbang baik dan buruk setiap bahan. Memilih dengan teliti , menurutku. Ku buat pondasi dari bahan-bahan yang kuanggap berkualitas. Ku bangun hingga berdirilah sebuah pondasi kokoh, menurutku. Tak ada yang bisa menentang, menjatuhkan dan merobohkan, menurutku.
Namun itu hanya pemikiran ku, iyaa. Tak ada yang merobohkannya. Karena ku jaga sepenuh hati. Tapi siapa sangka, pondasi itu lah yang roboh sendiri. Pondasi yang ku anggap kuat malah hancur dengan sendirinya. Apa bahan yang ku pilih terlalu rapuh? Tapi mnurutku tidak. Bukan bahannya nya yang rapuh. Namun tempat atau tanah  yang menopang pondasi itulah yang ambruk. Bukan karena tak kuat menopang rumah yang akan ku buat. Melainkan tak ingin…
Salah siapa?
Semua itu salah ku, salah hati ini kenapa terlalu cepat untuk memilih lokasi untuk mendirikan sebuah rumah. Kini aku sadar untuk mendirikan sebuah rumah perlu adanya pemeriksaan terhadap tanah yang akan menopangnya. Mengetahui jenis tanah, partikel-partikel penyusunnya.
Mungkin aku pernah menjalin sebuah cinta namun tak saling mengenal. Tak pernah saling mengenal satu sama lain. Itulah yang ku rasakan.Namun lewat pertemuan kurang lebih 30 bulan itu membuat aku mengerti apa itu cinta.,
Cinta itu saat kita saling mengenal karakter satu sama lain dan menerima kelebihan dan kekurangan dari karakter tersebut, itu menurutku.
Dari pertemuan dengan mu lah aku sadar arti dari cinta dan arti dari rumah tadi. Tak pernah ada yang salah dari pertemuan singkat kita. Karena dari sana aku mengalami perubahan. Berubah untuk menjadi wanita yang lebih tegar, lebih baik untuk orang yang mengenalku nanti, itu menurutku… semoga saja~~
Hmmm……

No comments:

Post a Comment

Monday, June 22, 2015

itu menurutku



Kata orang…
Cinta itu ibarat sebuah rumah. Tempat kita pulang, tempat kita tinggal. Rumah yang tak harus megah bak istana yang berkilauan. Melainkan rumah yang dapat membuat nyaman dan tenang jika menghuninya. Rumah yang memberikan kedamaian lahir bathin. Membuat hati damai bila berada di dalamnya.Untuk menghasilkan rumah idaman tadi kita perlu merencanakan bagaimana pembangunannya. Begitu juga cinta.
Cinta tak akan pernah hadir begitu saja, melainkan adanya sebuah keinginan untuk membangunnya.Cinta pernah membangun sebuah hubungan yang menurutnya itu adalah pilihan yang tepat. Dimana cinta memulai dari nol untuk membangun sebuah rumah idaman sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya.
Diawali dengan sebuah pertemuan yang biasa dan pada akhirnya menjadi sebuah momen untuk memulai menumbuhkan cinta dan mencoba membangun rumah. Pertemuan yang tidak pernah ku sesali. Karena dengan sebuah pertemuan itu lah aku bisa belajar suatu hal yang dapat mendewasakan ku. Membuatku mengerti arti sebuah kesabaran, arti tiap butiran air mata, indahnya senyuman. Serta makna sebuah kehilangan yang membawa perubahan pada diri ini.
Kehilangan sebuah cinta, kehancuran pondasi rumah yang telah lama aku bangun dengan sepenuh hati. Dari tak adanya cinta aku berusaha menumbuhkan nya, hingga bisa mendirikan sebuah pondasi. Rumah pasti memerlukan sebuah pondasi yang kokoh serta kuat. Itulah yang ku lakukan, ku usahakan
Ketika cinta telah memilih untuk singgah di hati seseorang yang dirasa tepat untuk di singgahi. Terlalu cepat untuk memilih.. iya mungkin..
Dengan keras hati membangun sebuah rumah yang dimulai dari pondasinya, dengan menebalkan telinga dari masukan-masukan dari luar yang seringkali menjatuhkan semngat untuk membangun sebuah rumah. Namun aku tetap percaya dengan hati, dengan pilihan hati akan sebuah cinta yang di rasa akan membawa kenyamanan, ketenangan, dan kedamaian saat menghuninya nanti.
Aku memilih bahan pondasi sendiri, mengingat dan menimbang baik dan buruk setiap bahan. Memilih dengan teliti , menurutku. Ku buat pondasi dari bahan-bahan yang kuanggap berkualitas. Ku bangun hingga berdirilah sebuah pondasi kokoh, menurutku. Tak ada yang bisa menentang, menjatuhkan dan merobohkan, menurutku.
Namun itu hanya pemikiran ku, iyaa. Tak ada yang merobohkannya. Karena ku jaga sepenuh hati. Tapi siapa sangka, pondasi itu lah yang roboh sendiri. Pondasi yang ku anggap kuat malah hancur dengan sendirinya. Apa bahan yang ku pilih terlalu rapuh? Tapi mnurutku tidak. Bukan bahannya nya yang rapuh. Namun tempat atau tanah  yang menopang pondasi itulah yang ambruk. Bukan karena tak kuat menopang rumah yang akan ku buat. Melainkan tak ingin…
Salah siapa?
Semua itu salah ku, salah hati ini kenapa terlalu cepat untuk memilih lokasi untuk mendirikan sebuah rumah. Kini aku sadar untuk mendirikan sebuah rumah perlu adanya pemeriksaan terhadap tanah yang akan menopangnya. Mengetahui jenis tanah, partikel-partikel penyusunnya.
Mungkin aku pernah menjalin sebuah cinta namun tak saling mengenal. Tak pernah saling mengenal satu sama lain. Itulah yang ku rasakan.Namun lewat pertemuan kurang lebih 30 bulan itu membuat aku mengerti apa itu cinta.,
Cinta itu saat kita saling mengenal karakter satu sama lain dan menerima kelebihan dan kekurangan dari karakter tersebut, itu menurutku.
Dari pertemuan dengan mu lah aku sadar arti dari cinta dan arti dari rumah tadi. Tak pernah ada yang salah dari pertemuan singkat kita. Karena dari sana aku mengalami perubahan. Berubah untuk menjadi wanita yang lebih tegar, lebih baik untuk orang yang mengenalku nanti, itu menurutku… semoga saja~~
Hmmm……

No comments:

Post a Comment